Motivasi Untuk Bekerja
Perilaku  manusia sebenarnya hanyalah cerminnan yang paling sederhana ,Motivasi  dasar mereka agar perilaku manusia sesuai dengan tujuan organisasi,maka  harus ada perpaduan antara motivsi akan pemenuhan kebutuhan mereka  sendirir dan permintaan organisasi ,apakah pekerjaan sebagai  perseorangan yang menciptakan motivasinya sendiri,atau motivasi itu  adalah fungsi manajemen? Jawaban terhadap pertanyaan itu tidaklah  sederhana ,beberapa penulis memandang motivasi sebagai suatu yang  tekandung pada perseorangan.
Pengertian Motivasi
                Motivasi  adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan  individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu duna mencapai suatu  tujuan,motivasi yang ada pada seseorang aka mewujudkan suatu perilaku  yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan . jadi motivasi  bukanlah sesuatu yang dapat diamati , tetapi adalah hal yang dapat  disimpulkan adanya karena sesuatu perilaku yang tampak.
                Motivasi  merupakan masalah komleks dalam organisasi ,karena kebutuhan dan  keinginn setiap anggota organisasi berbeda ,hal ini berbeda karena  setiap anggota suatu organisasi adalah”unik”.secara biologis maupun  secara psikologis.
                Seperti  yang telah disebutkan diatas ,motivasi bisa ditimbulkan oleh faktor  internal atau eksternal,tergantung dari mana suatu kegiatan  dimulai,Motivasi internal berasal dari diri pribadi seseorang dan akan  dijelaskan oleh hirarki kebutuhan Maslow dan motif berprestasi  McClelland,Motivasi eksternal sebenarnya dibangun diatas motivasi  internal dan adanya dalam organisasi sangat tergantung pada  anggapan-anggapan dan teknik – teknik yangdipakai oleh pimpinan  organisasi atau para manajer dalam memotivasi bawahannya.
Motivasi Internal 
                Kebutuhan  dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi  internalnya , kekuatan ini akan mempengaruhi pikiranya,yang selanjutnya  akan mengarahkan perilaku orang tersebut,sebagai contoh, seorang  mahasiswa yang ingin memperoleh nilai A dalam ujiannya akan menetukan  perilaku dia dalam memenuhi syarat kelulusannya,setelah dia memikirkan  dalam – dalam ,perilakunya mungkin akan menjadi mahasiswa yang rajin  kuliah ,membuat catatan yang baik,belajar keras,membuat tugas makalah  dan sebagainya.tetapi dalam kenyataan tidak semua mahasiswa mempunyai  keingiinan yang kuat untuk mencapai nilai A . begitu juga dalam suatu  orgnisasi ,setia individu akan mempunyai kebutuhan dan keinginan yang  berbeda dan “unik”
                Pengolongan  motivasi internal yang dapat diterima secara umum belum mendapat  kesepakatan para ahli,namun demekian psikolog-psikolog mentetujui bahwa  motivasi dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok,yaitu:
a.       Motivasi  fisiologis , yang merupakan motivasi alamiah ( biologis ) seperti lapar,haus dan seks.
b.      Motivasi Psikologis , yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar , yaitu :
·         Motivasi  kasih sayang ( affectional motivation ), motivasi untuk menciptakan dan  memelihara kehangatan ,keharmonisan dan kepuasaan batiniah ( emosional )  dalam berhubungan dengan orang lain.
·         Motivasi  mempertahankan diri ( ego – defensive motivation ), motivasi untuk  melindungi kepribadian ,menghindari luka fisik dan psikologis ,menghidri  untuk ditertawakan dan kehilangan muka dan mendapatkan kebangaan diri.
·         Motivasi  memperkuat diri ( ego – bolstering motivation ) ,motivasi untuk  mengembanganlan kepribadian , berprestasi , menaikkan prestasi  dan mendapatkan pengakuan orang lain ,memuaskan diri dengan penguasaanya terhadap orang lain.
Motivasi  Eksternal
                Teori  motivasi  eksternal tidak mengabaikan teori motivasi internal ,tetapi justru  mengembangkanya ,teori motivasi eksternal menjelaskan kekuatan-kekuatan  yang ada didalam individu yang mempengaruhi faktor-faktor itern yang  dikendalikan oleh manajer , yaitu meliputi suasana kerja seperti gaji  ,kondisi kerja ,dan kebijaksanaan perusahaan ,dan hubungan kerja seperti  penghargaan ,kenaikan pangkat dan tanggung jawab.
                Seorang  manajer dapat mempergunakan motivasi eksternal yang positif ataupun  negatif ,motivasi positif memberikan penghargaan untuk pelaksanaan kerja  yang baik ,motivasi negatif memperlakukan hukuman bila pekerjaanya  jelek .
Teori X dan Teori McGregor
                Teori  motivasi yang mengabungkan motivasi internal dan eksternal dikembangkan  oleh Douglas McGregor.McGregor, seorang psikolog sosial amerika ,dalam  proyek risetnya yang meneliti tentang motivasi dan perilaku umum para  anggota organisasi telah merumuskan perbedaan dua teori dasar mengenai  perilaku manusia,Kedua teori itu disebutnya dengan nama teori X dan  teori Y.
Anggapan –angapan teori adalah:
1.       Usaha  phisik dan mental yang dilakukan manusia dalam berkerja adalah kodrat  manusia ,sama halnya dengan bermain atau beristirahat,
2.       Rata-rata manusia bersedia belajar,dalam kondisi yang layak ,tidak hanya menerima tetapi mencari tanggung jawab.
3.       Ada  kemampuan yang besar dalam kecerdikan ,kreativitas dan daya imajinasi  untuk memecahkan masalah-masalah organisasi yang secar luas tersebar  pada seluruh karyawan.
4.       Pengendalian ekstern dan hukuman bukan satu-satunya cara untuk mengarahkan usahab pencapaian tujan organisasi.
5.       Ketertarikan pada tujuan organisasi adalah fungsi penghargaan yang diterima karena prestasinya dalam pencapaian tujuan itu.
6.       Organisasi seharusnya memberikan kemungkinan orang untuk mewujudkan potensinya ,dan tidak hanya digunakan sebagian.
Anggapan-anggapan  teori Y ini dapat lebih mengarahkan tercapainya motivasi yang lebih  tinggi dan menaikkan terpenuhinya kebutuhan individu dan tujuan  organisasi.
PENDEKATAN-PENDEKATAN TERHADAP MOTIVASI
Pendekatan Hubungan Manusiawi Tradisional
                Motivasi  dapat dipandang sebagai proses psikologis dasar yang terdiri atas  berbagai kebutuhan ,dorongan dan tujuan ,pendekatan hubungan manusiawi  tradisional pada umumnya tidak menyadari pentingnya proses psikologis  ini, tersebut terutama didasarkan atas tiga asumsi berikut ini.
1.       Personalia terutama dimotivasi secara ekonomis dan perasaan aman serta kondisi kerja yang lebih baik.
2.       Pemenuhan ketiga hal itu akan mempunyai pengaruh positif pada semangat kerja mereka .
3.       Ada korelasi positif antar semangat kerja dan produktivitas.
Dengan  ketiga asumsi ini ,maslah motivasional yang dihadapi manajemen relatif  mudah dipecahkan dan diselesaikan .semua hal yang harus dilakukan  manajemen menyangkut rencana-rencana insentif moneter,jaminan keamanan  ,dan pengaturan kondisi kerja secara baik.
Dalam  kenyataanya ,pendekatan hubungan manusiawi tradisional tidak berjalan  sepenuhnya dalam praktek .telah terbukti bahwa pendekatan ini terlalu  sederhana untuk dapat memecahkan masalah-masalah motivasional kompleks  yang dihadapi manajemen.
Pendekatan Modern
                Teori  – teori motivasi bermaksud untuk menentukan apa yang memotivasi  orang-orang dalam pekerjaan mereka ,pada permulaanya banyak ahli  berpendapat hanya uang yang memotivasi mereka (manajemen ilmiah ),dan  kemudian dirasa juga kondisi kerja ,keamanan,dan barang kali gaya  supervisi demokratis ( hubungan manusiawi ).motivasi telah dipandang  lebih dalam lagi dan dikenal apa yang disebut motif-motif dengan  “tingkatan lebih tinggi” seperti kebutuhan akan penghargaan dan  aktualisasi diri ( maslow ).serta tanggung jawab ,pengakuan ,prestasi  dan pertumbuhan,untuk memahami apa yang memotivasi orang – orang untuk  berkerja .
Teori Motivasi Berprestasi McClelland
                Konsep  penting teori motivasi lainya yang didasrkan pad kekuatan yang ada  dalam diri manusia adalah motivasi prestasi ( achievenment motivation )  ,david McClelland melalui riset empiris telah menemukan bahwa para  usahawan ,ilmuwan dan ahli mempunyai tingkat motivasi prestasi diatas  rata-rata ,
                Menurut  McClelland ,seseorang dianggap mempunyai motivasi prestasi yang tinggi  ,apabila mempunyai keinginan untuk berprestasi lebih baik daripada yang  lain dalam banyak situasi ,Mcclelland memusatkan perhatiannya pada tiga  kebutuhan manusia yaitu ; Prestasi  ( need for achievement ), Afiliasi ( need for affiliation ) , dan kekuasaan  ( need for power ),karena ketiga kebutuhan ini telah terbukti merupakan  unsur – unsur penting yang ikut menentukan prestasi pribadi dalam  berbagai situasi kerja dan cara hidup . 
Karakteristik ketiga kebutuhan penting tersebut dapat dilihat pada uraian dibawah ini : 
1.       Kebutuhan Prestasi ,  tercermin pada keinginan dia mengambil tugas yang dia dapat bertanggung  jawab secara pribadi atas perbuatan-perbuatanya,dia menentukan tujuan  yang wajar dengan memperhitungkan resiko – resikonya ,dia ingin  mendapatkan umpan balik atas perbuatan-perbuatanya ,dan dia berusaha  melakukan segala sesuatu secara kreatif inovatif.
2.       Kebutuhan Afiliasi,kebutuhan  ini ditunjukkan adanya keinginan untuk bersahabat ,dimana dia lebih  mementingkan aspek-aspek antar pribadi pekerjaanya mdia lebih  mementingkan aspek-aspek antar pribadi pekerjaanya ,dia lebih senang  bekerja bersama,senang bergaul,dia berusaha mendapat persetujuan dari  orang lain.
3.       Kebutuhan Kekuasaan ,kebutuhan  ini tercermin pada seseorang yang ingin mempunyai pengaruh atas orang –  orang lain ,dia peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi suatu  kelompok atau organisasi ,dan memasuki organisasi – organisasi yang  mempunyai prestasi ,dia aktif menjalankan “policy”  sesuatu organisasi dimana dia menjadi anggota ,dia mencoba menguasai  orang lain dengan mengatur perilakunya dan membuat orang lain terkesan  padanya ,serta selalu menjaga reputasi dan kedudukanya.
Teori  Mcclelland ini sangat penting dalam mempelajari motivasi , karena  motivasi prestasi dapat diajarkan untuk mencapai sukses kelompok atau  organisasi .penelitian Mcclelland menunjukkan bahwa motivasi prestasi  dapat diperoleh melalui latihan dengan mengajarkan seseorang untuk  berpikir dan berbuat dengan motivasi prestasi.
Teori Motivasi Dua- faktor Herzberg
                Frederick  Herzberg dan kelompoknya ,suatu tim dari “Psylogical Service Pittsburgh  “ memperluas hasil karya maslow dan mengembangkan suatu teori isi  motivasi kerja khusus , dalam tahun 1950-an ,dia melakukan suatu studi  motivasional melalui wawncara dengan sekitar dua ratus akuntan dan  insiyur yang berkerja didaerah Pittsburgh.
                Teori  Herzberg berhubungan erat dengan hirarki kebutuhan Maslow ,faktor –  faktor higienis ,seperti isltilah medis ,adalah, bersifat preventiv dan  merupakan faktor lingkungan dan secara kasar ekuivalen dengan kebutuhan –  kebutuhan tingkat bawah Maslow,faktor – faktor higienis ini bukan  sebagai sumber kepuasan kerja tetapi justru sebaliknya sebagai sumber  ketidak puasan kerja faktor – faktor tersebut adalah kondisi  kerja,hubungan antar pribadi (terutama dengan mandor ) ,gaji dan  sebagainya perbaikan terhadap faktor-faktor higienis akan mencegah  ,mengurangi atau menghilangkan ketidakuasan kerja.
| Faktor – faktor Higienis | Motivators | 
| ·           Kebijaksanaan dan adminitrasi   perusahaan | ·           Prestasi | 
| ·           Pengawasan ,teknis  | ·           Pengakuan ,Penghargaan | 
| ·           Gaji | ·           Pekerjaan itu sendiri | 
| ·           Hubungan – hubungan antar   pribadi ,penyalia (mandor) | ·           Tanggung jawab | 
| ·           Kondisi kerja  | ·           Promosi ( kenaikan pangkat ) | 
Jadi  secara singkat ,penemuan penelitian Herzberg dan kawan – kawannya  adalah bahwa faktor higienis ( atau sering disebut juga faktor ektrinsik  ) mempengaruhi ketidakpuasan kerja,faktor higienis membantu individu  untuk menghilangkan ketidaksenangan ,sedangkan motivasi  membuat  individu senang dengan perkerjaanya.manajer seharusnya memahami faktor –  faktor apa yang menyebabkan karyawanya senang dan tidak senang.
Hubungan Antara Teori-Teori Maslow,Herzberg,dan McGregor 
                Teori-Teori  Maslow ,McGregor dan Herzberg tampaknya memang mempergunakan pendekatan  dengan pandangan yang berbeda dalam meneliti motivasi , tetapi bila  teori-teori ini dibandingkan ,dapat dilihat bahwa mereka menekankan  sesuatu yang mempunyai hubungan yang mirip satu sama lain ,maslow  menyebutkan tingkat kebutuhan yang lebih tinggi sebagai kekuatan yang  lebih tinggi sebagai kekuatan yang memotivasi  pekerja.
                Seseorang  manajer dapat memilih antara tingkat kebutuhan yang lebih tinggi atas  dasar teori maslow ,motivasi-motivasi menurut Herzberg atau  anggapan-anggapan teori Y yang dikemukakan oleh McGregor untuk  memotivasi karyawanya ,semuanya mempunyai hubungan bidang yang sama.
Teori-Teori Proses Motivasi Kerja 
                Model  model iini bermaksud untuk mengindentifikasi apa yang memotivasi  orang-orang pada pekerjaan ; model-model tersebut mencoba untuk  menjelaskan hubungan – hubungan perilaku yang termotivasi ,teori – teori  proses , dipihak lain ,lebih bersangkut paut dengan pengidentifikasian  variabel-variabel yang menjadi motivasi dan bagaimana mereka berhubungan  satu dengan yang lain ,seperti ditujukan gambar 11-1 ,model – model  pengharapan memberikan kontribusi paling besar untuk memahami proses  kognitif yang terlibat dalam motivasi kerja .
Teori Pengharapan Vroom  
                Teori  pengharapan berakar pada konsep-konsep kognitif yang dikemukakan oleh  para psikolog , terutama Kurt Lewin dan Edward Tolmani , bagaimanapun  juga , orang pertama yang merumuskan teori pengharapan motivasi kerja  adalah Victor Vroom ,dalam tahun 1984 .Vroom mengemukakan teori  pengharapanya sebagai suatu alternatif terhadap model-model isi ,yang  dirasa tidak memberikan penjelasan yang memadai tentang kekompleksan  proses motivasi kerja , paling tidak dalam lingkungan akademik ,teorinya  telah menjadi dasar bagi banyak teori proses modern dan bagi dasar  teoritis penelitian hubungan prestasi – kepuasan kerja.
                Vroom mengartikan “nilai”sebagai kekuatan prefensi individual untuk suatu hasil tertentu ,istilah-istilah lain yang dapat mengantikan adalah insentif,sikap ,dan kegunaan  yang diharapkan ,suatu nilai nol terjadi bila individu bersikap tidak  berbeda terhadap hasil ,Nilai adalah negatif bila individu lebih  menyukai tidak mendapatkan hasil dibanding mendapatkanya ,Nilai adalah  Positif bila individu lebih menyukai memperoleh hasil daripada tidak  memperolehnya.
                Variabel  pokok lain disamping nilai dalam model proses motivasional Vroom adalah  penghargaan (expectancy),pengharapan merupakan probabilitas (dari 0  sampai 1 ) bahwa suatu kegiatan atau usaha tertentu akan mengarahkan ke  hasil tingkatan pertama tertentu,jadi secara rignkas ,kekuatan (  dorongan ) motivasi untuk melaksanakan kegiatan tertentu akan tergantung  pada penjumlahan aljabar hasil kali antara nilai-nilai untuk berbagai  hasil dengan pengharapan-pengharapan.
Model Porter Dan Lawler 
                Model  Porter dan Lawler merupakan model pengharapan yang mulai dengan  pengertian bahwa motivasi ( usaha atau dorongan ) tidak sama dengan  kepuasan dan atau prestasi kerja ,motivasi kepuasan dan prestasi kerja  adalah variabel – variabel terpisah dan berhubungan dengan cara yang  lain ,satu hal penting dalam model Porter dan Lawler adalah apa yang  terjadi setelah prestasi kerja , penghargaan-penghargaan yang mengikuti  dan bagaimana hal ini diterima akan menetukan kepuasan,jadi,model Porter  dan Lawler menunjukkan bahwa berlawanan dengan pemikiran tradisonal –  prestasi kerja menyebabkan kepuasan.
                Secara  teoritik , model pengharapan Porter Lawler berjalan sebagai berikut (  menurut nomer dalam gambar 11-6 ) 1. nilai penghargaan yang diharapkan  orang dikombinasikan dengan.  2  .persepsi orang tersebut tentang usaha yang mencakup dan probablitas –  pencapaian penghargaan untuk menimbulkan . 3. Suatu tingkat usaha  tertentu yang dikombinasikan dengan . 4. Kemampuan dan sifat-sifat dan  .5. persepsinya mengenai kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk  mencapai. 6.tingkat prestasi yang diisyaratkan untuk memperoleh  penghargaan – penghargaan intrinsik yang melekat pada penyelesaian  tugas. 7. Dan penghargaan – penghargaan ekstinsik-ekstrinsik dari  manajemen bagi pencapaian prestasi yang diingikan .8 . persepsi individu  mengenai “Keadilan” atas  penghargaan-penghargaan ekstrinsik yang diterima , ditambah perasaan  yang dihasilkan dari prestasinya . 9 . tingkat kepuasan yang dialami  orang tersebut ,pengalaman ini kemudian akan diterapkan pada penilaian  individu dimasa mendatang terhadap nilai penghargaan , dan oleh karena  itu akan mempengaruhi prestasi kerja dan kepuasan diwaktu yang akan  datang.
Teori Keadilan Motivasi Kerja 
                Teori  keadilan merupakan suatu konsep tentang motivasi yang dihasilkan dari  berbagai penelitian,teori ini menyatakan bahwa masukkan utama kedalam  prestasi dan kepuasan kerja adalah derajat keadilan ( atau ketidak  keadilan ) yang diterima orang (karyawan ) dalam situasi kerjanya.dengan  mengunakkan terminologi “orang” setipa individu untuk siapa keadilan atau ketidak keadilan adan dan “orang lain”  setiap individu dengan siapa orang berada dalam suatu hubungan  pertukaran yang relevan atau dengan siapa orang membandigkan dirinya  ,Adam mengemukkan bahwa “ketidakadilan”  menimpa seseorang kapan saja dia menerima rasio hasilnya terhadap  masukkan dan rasio orang lain dengan masukkan orang lain adalah tidak  sama.
Secara skematis keadilan terjadi bila 
Hasil-hasil seseorang                                                        <                        Hasil – hasil orang lain 
Masukkan – masukkan orang lain                                                            Masukkan orang lain
Hasil-hasil seseorang                                                        >                        Hasil-hasil orang lain              
Masukkan – masukkan seseorang                                                            Masukkan
atau 
Hasil – hasil seseorang                                                     >                      Hasil-hasil orang lain 
Masukkan – masukkan seseorang                                                          Masukkan – masukkan orang lain 
Dan keadilan terjadi bila 
Hasil-hasil seseorang                                                       =                      Hasil – hasil orang lain 
Masukkan – masukkan orang lain                                                         Masukkan – masukkan orang lain 
Baik  masukkan – masukkan dan keluaran – keluaran seseorang dan orang lain  didasarkan pada persepsi mereka ,beberapa contoh variabel masukkan yang  mereka berikan pada pekerjaan sebagai variabel – variabel perbandingan  antara lain umur , jenis kelamin ,pendidiksn,status sosial ,posisi  organisasional,kualifikasi , pengalaman dan seberapa keras orang  bekerja.
Bila rasio yang diterima orang tidak sama dengan orang lain dia akan berusaha keras memperbaiki rasio agar diperoleh kedilan”Perjuangan”  untuk  memperbaiki keadilan ini digunakan sebagai penjelasan motivasi kerja ,  kekuatan motivasi ini ada dalam proposisi langsung terhadap adanya  ketidakkeadilan yang diterima,Adams menyatakan bahwa motivasi tersebut  mungkin ditunjukkan dalam beberapa bentuk ,antara lain dengan menurunkan  prestasi atau prokdivitas ,minta berhenti mogok,mempengaruhi orang lain  ,dan mengurangi tangung jawab ,manajer penting mengetahui apakah  ketidakadilan dirasakan.
KEPEMIMPINAN  DALAM ORGANISASI 
                Sebutan “Pemimpim”  dan  “manajer”  tidak lah perlu dicampur adukkan karena kepemimpinan adalah bagian  tersendiri dari manajemen ,manajer malaksanakan fungsi-fungsi penciptaan  , perencanaan , pengorganisasian , memotivasi,komunikasi dan  pengendalian 
( pengawasan )  ,  termasuk dalam fungsi – fungsi itu adalah perlunya memimpin dan  mengarahkan ,bagaimana juga , kemampuan seseorang manajer untuk  memipmpin secar efektif akan mempengaruhi kemampuanya untuk mengelola .
Pentingya Kepemimpina Dalam Organisai 
                Kepemimpina  yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha- usaha semua  pekerja dalam mencapai tujuan – tujuan organisasi ,tanpa kepemimpina  atau bimbingan , hubungan antar tujuan perseorangan dan tujuan  organisasi mungkin menjadi rengang ( lemah ) keadaan ini menimbulkan  situasi dimana perseorangan bekerja untuk mencapai tujuan pribadinya ,  sementara itu keseluruhan organisasi menjadi tidak efesien dalam  pencapaian sasaranya-sasaranya.
                Oleh  karena itu , kepemimpina sangat diperlukan bila suatu organisasi ingin  sukses , terlebih lagi pekerja-pekerja yang baik selalu ingin tahu  bagaimana mereka dapat menyumbang dalam pencapaian tujuan organisasi  ,dan paling tidak , gairah para pekerja memerlukan kepemimpinan sebagai  dasar motivasi eksternal untuk menjaga tujuan-yujuan nereka tetap  harmonis dengan tujuan organisasi.jadi organisasi perusahaan yang  berhasil memiliki suatu sifat umum yang menyebabkan organisasi tersebut  dapat membedakan dengan orgnaisasi  yang tidak berhasil ,sifat dan ciri umum tersebut adalah kepemimpinan yang efektif.
TEORI – TEORI KEPEMIMPINAN 
Latar Belakang Dan Studi – Studi Klasik Kepemimpinan
                Kesuksean  dan kegagalan suatu organisasi selalu dihubungak ndengan kepemimpinan  ,namun sebenarnya kepemimpinan itu sendiri masih merupakan suatu konsep  yang sulit diterangkan atau sebuah “kotak hitam” (black box) yang sangat indah ,banyak penelitian dan studi yang telah dilakukan untuk mengukapkanya tiga terpenting antaranya.
1.       Studi  Lippit dan White. Studi yang dilalukan oleh Ronald Lippit dan Ralph  K.White pada akhir tahun 1930 – an ini dilalukan terhadap berbagai  kelompok hoby anak- anak ysng berumur sepuluh tahun .masing – masing  kelompok dipimpin oleh pemimpin yang memounyai gaya
 (  style ) yang berbeda – beda , yaitu oteriter ( otokratis ) demokratis  atau walaupun penelitian ini tidak memasukkan banyak variabel tetapi  telah telah menemukan bahwa perbedaan gaya kepemimpinan telah  menimbulkan reaksi dan hasil yang berbeda pula.
2.       Studi  Ohio State. Biro penelitian bisnis dan Ohio State University mencoba  menganalisa bermacam – macam dimensi perilaku pemimpin yang efektif  dalam berbagai kelompok dan situasi penelitian ini mengunakkan kuisoner  dekskripsi perilaku pemimpin ( Leader Behavior Description Questioner –  LBDQ ) dan dengan memberikan berbagai macam situasi kepemimpina hasilnya  telah ditemukan dua dimensi utama yang selalu muncul , yaitu perhatian (  Consideration ) dan struktur pengambilan inisiatif ( Initiating  Structure ) faktor Consideration mengambarkan hubungan yang hangat  antara seseorang atasan dan bawahan , adanya saling percaya ,  kekeluargaan dan penghargaan terhadap gagasan bawahan ,Initlating  Structure menjelaskan bahwa seseorang pemimpin mengatur dan menentukan  hubunganya dengan bawahan.
3.       Studi  Early Michigan .studi ini dilakukan oleh pusat penelitian Survei  University Of Michigan pada tahun 1947. Studi ini bertujuan untuk  menentukan prinsip-prinsip yang mempengaruhi produktivitas kelompok  kerja dan kepuasan para anggota kelompok kerja atas dasar partisifasi  yang mereka berikan.
Dua  belas pasangan dengan prokdutivitas tinggi dan rendah dipilih untuk  diuji .wawancara bebas dilakukan terhadap 24 mandor seksi dan 419  pekerja admitrasi hasilnya menunjukkan bahwa para mandor yang bekerja  seksi “high producing “ lebih menyukai .
a.       Untuk menerima pengendalian yang lebih bersifat umum daripada khusus.
b.      Sejumlah wewenang dan tanggung jawab yang mereka punyai dalam pekerjaannya.
c.       Mempergunakan waktunya untuk pengendalian.
d.      Memberikan pengendalian lebih umum kepada para karyawanya daripada yang khusus.
e.      Orientasi lebih pada karyawan daripada orientasi pada produksi.
Sedangkan  bagi para mandor yang bekerja pada seksi “Low Producing”mempunysi  ciri-ciri dan teknik-teknik yang berlawanan ,yaitu pengendalian khusus  dan orientasi pada produksi ,penemusn lain yang penting ,tetapi  kadang-kadang diabaikan adalah bahwa kepuasan karyawan tidak berhubungan  secara langsung dengan produktivitas.
Ketiga  studi tersebut merupakan studi terpenting tentang kepemimpinan dalam  mempelajari perilaku orgsnisasi ,sebelum mencoba untuk menganalisa  kedudukan kepemimpinan suatu organisasi ,kita perlu menelusuri  perkembangan teori kepemimpinan terlebih dahulu.
Teori Sifat Kepemimpinan
                Analisa  ilmiah tentang kepemimpinan mulai dengan memusatkan prhatian pada para  pada para –para pemimpin itu sendiri ,pertanyaan penting yang coba  dijawab pendekatan teoritik ini adalah ,apa ciri – ciri atau sifat sifat  yang membuat seseorang menjadi sesorang pemimpin .jaman kerajaan yunani  dan Romaei mengemukakan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibuat  .teori ini ,sering disebut juga teori “great man”,lebih lanjut  menyatakan bahwa seseorang itu dilahirkan membawa atau tidak membawa  ciri-ciri atau sifat-sifat yang diperlukan bagi seseorang pemimpin atau  dengan kata lain ,individu yang lahir telah membawa ciri-ciri tertentu  yang memungkinkan dia dapat seseorang pemimpin.
                Kepemimpinan  adalah suatu fungsi kualitas sesorang individu bukan fungsi situasi  ,teknologi atau dukungan masyarakat hal ini mengandung pengertian dasar  bahwa penelitian-penelitian kepemimpinan selalu condong menyatakan bahwa individu merupakan sumber kegiatan-kegiatanya.
Keith Davis mengiktiasrkan ada 4 ciri utama yang mempunyai penhgaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi
1.       Kecerdasan  ( intellegence ),Penelitian – penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa  seseorang pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi  daripada pengiktunys ,tetapi tidak sangat berbeda.
2.       Kedewasaan Sosial dan Hubungan Sosial Yang Luas  ( Social Maturity and Breadh ) ,Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang  stabil dewasa atau matang ,serta mempunyai kegiatan – kegiatan dan  perhatian yang luas.
3.       Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi,Pemimpin  secara relatif mempunyai motivadi dan dorongan berprestasi yang tinggi  ,mereka berkerja keras lebih untuk nilai intrinsik daripada ekstrinsik.
4.       Sikap-Sikap Hubungan Manusiawi,Seseorang  pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat  pengiktu-pengikutnya ,mempunyai perhatian yang tinggi dan berorintasi  pada karyawan.
Ciri-ciri  yang dikemukan Davsi Diatas hanyalah salah satu daftar di antara banyak  kemungkinan sifat – sifat penting kepemimpinan organissional ,meskipun  seseorang dapar memperoleh data-data riset untuk mendukung sifat –sifat  pada daftar Davis atau ahli lain,sampai sekarang tidakn ada yang  komklusif.
Teori Kelompok
                Teori  kelompok dalam kepimimpinan (group theory of leader ship ) dikembangkan  atas dasar ilmu psikologi sosial,teori ini menyatakan bahwa untuk  pencapaian tujuan-tujuan kelompok harus ada pertukaran yang positif  antara pemimpin dan bawahanya ,hal ini tampak pula dari hasil studi ohio  state khususnya dimensi pemberian perhatian ( consideration ) pada para  bawahan yang akan memperluas pandangan kelompok terhadap kepemimpinan
Teori Situasional ( Contigency ) 
                Setelah  baik pendekatan sifat maupun kelompok terbukti tidak memadai untuk  mengukap teori kepemimpinan yang menyeluruh perhatian dialihkan pada  aspek-aspek situasional kepemimpinan dimulai pada tahun 194-an,Fred  telah mengajukan sebuah model dasar situasional bagi efektivitas  kepemimpinan yang dikenal sebagai contigency model of leadrship  effectiveness,motivasi model ini menjelaskan hubungan ini menjelaskan  hubungan antara gaya kepemimpinan dan situasi yang menguntungkan atau  menyenangkan .
                Penemuan  Fiedler menunjukkan bahwa dalam situasi yang sangat menguntungkan atau  sangat tidak menguntungkan ,tipe pemimpin yang berorientasi pada tugas  atau pekerjaan ( task directed atau hard hosed ) adalah sifat efektif  ,tetapi bila situasi yang menuntungkan atau tidak meengutunggkan hanya  moderat ( terletak pada range tengah ) tipe pemimpin hubungan manusiawi  atau yang toleran dan lunak (“lenient”) akan sangat efektif.
Teori Path – Goal 
                Telah  diakui secaral luas bahwa teori kepemimpinan dikembangkan dengan  mempergunakan kerangka dasar teori motivasi.teori Path –Goal ini  menganalisa pengaruh(dampak )
Kepemimpianan  (terutama perilaku pemimpin) terhadap motivasi bawahan ,kepuasan dan  pelaksanaan kerja . teori ini memasukkan empat tipe atau gaya poko  perilaku pemimpin yaitu :
1.       Kepemimpinan Direktif (  directive leadership ), disini tidak ada partisipasi oleh bawahan (  pemimpin yang otokratis ) hasil penemuan menyatakan bahwa gaya  kepemimpinan direktif pekerjaan mendua ( ambigous ) ,dan mempunyai  hubungan yang negatif dengan kepuasan harapan bawahan yang melakukan  tugas – tugas jelas.
2.       Kepemimpinan Suportif  ( suportive leadership ),pemimpin yang selalu bersedia menjelaskan  sebagai teman ,mudah didekati dan menunjukkan diri sebagai orang sejati  bagi bawahan .
3.       Kepemimpinan Partisipatif ( particivative leadership ),Pemimpin meminta dan mengunakan saran – saran bawahan ,tetapi masih membuat keputusan.
4.       Kepemimpinan Orientasi-Prestasi  ( achivement-oriented leadership ),pemimpin mengajukan tantangan –  tantangan dengan tujuan yang menarik bagi bawahan dan merangsang bawahan  untuk mencapai tujuan tersebut serta melaksanakannya dengan baik.
Jadi  gaya – gay kepemimpinan ini dapat dipergunakan oleh pemimpin yang sama  dalam berbagai situasi yang berbeda ,baik model Fiedler maupun teori  Path-Gosl memasukkan tiga variabel penting dalam kepemimpinan yaitu :  pemimpin,kelompok dan situasi.
Kepemimpinan Sebagai Sistem Pengaruh
Model  sistem pengaruh ini dapat memperjelas betapa kompleksnya teori  kepemimpinan modren.kelompok mempengaruhi pemimppin dan situasi ,situasi  mempengaruhi pemimpin dan kelompok ,tiap – tiap subsistem mempengaruhi  dan dipengaruhi oleh subsistem yang lain ,model sistem pengaruh ini  tampaknya merupakan model yang secara aling akurat menguraikan apa itu  proses kepemimpinan .
Gaya –Gaya Kepemimpinan 
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahnya ,secara relatif ada  tiga  macam gay kepemimpinan yang berbeda yaitu otokratis demokratis atau  partisipatif dan laises faire yang semuanya pasti mempunyai kelemahan  –kelemahan dan keuntunganya.
Perbedaan  gaya kepemimpinan dalam organisasi akan mempunyai pengaruh yang berbeda  pula pada partisipasi individu dan perilaku kelompok ,sebagai contoh  ,partisipasi dalam pengambilan keputusan pada gaya kepemimpinan  demokratis akan mempunyai dampak pada peningkatan hubungan manajer  dengan bawahan.
                Kepemimpinan  otokratis lebih banyak menghadapi masalah pemberian perintah kepada  bawahanmkepemimpinan demokratis cenderung mengikuti pertukaran pendapat  antara orang-orang yang terlibat. 
Implikasi –Implikasi Gaya Dari berbagai Studi Klasi dan Teori – Teori Modern
                Seperi  telah  disebutkan ,terminologi “gaya”secara kasar berarti atau ekuivalen  dengan perilaku pemimpin ,hal ini merupakan cara dengan mana pemimpin  mempengaruhi para bawahanya ,studi Hawthorne diinpertasikan dalam  istilah gaya pengawasan ,dan teori  X  dari Douglas McGregor mencerminkan gaya otokratis dan teori Y nya  menunjukkan gaya kepemimpinan humanistik ,Studi Ohio State  mendefenisikan perhatian ( tipe gaya suportif ) dan struktur pengambilan  inisiatif ( tipe gaya direktif) yang menjadi fungsi-fungsi kepemimpinan  utama.
                Berbagai macam gaya yang telah dibahas sejauh ini dapat digabungkan menjadi suatu rangkaian kesatuan sebagai berikut:
|        Terpusatkan pada atasan                                                    Terpusatkan padabawahan           ( boss – centered )                                                               ( subordinate-centered ) | 
|                   Teori X                                           <>                                    Teori Y                  Otokratis                                        <>                                Demokratis            Orientasi Produksi                                <>                         Orientasi Karyawan                  Tertutup                                           <>                                     Umum           Struktur Pengambilan                     Inisiatif                                            <>                                   Perhatian             Orientasi-Tugas                                    <>                       Hubungan Manusiawi                     Direktif                                            <>                                    Suportif                    Direktif                                            <>                                   Partisipatif | 
Gaya – Gaya Managerial Gird
                Managerial  grid,yang dikemukakan oleh Robert R,Blake dan Jane S.Munton.gambar  menunjukan bahwa dua dimensi jaringan (gird) adalah perhatian terhadap  karyawan sepanjang aksis vertikal dan perhatian terhadap produksi  sepanjang horizontal.
                Lima gaya dasar yang didefenisikan dalam jaringan menunjukkan berbagai macam kombinasi perhatian terhadap karyawan dan produksi.
Model Tiga Dimesional Reddin
                Jaringan  Blake dan Mouton mengindentifikasikan gaya seseorang manajer ,tetapi  tidak secara langsung berkaitan dengan efektivitas Wiliam J.Reddin  ,seseorang professor dan konsultan kanada ,telah menambahkan dimensi  ketiga atau efektivitas pada modelnya ,disamping memasukkan dimensi  efektivitas 
                Hal penting yang dikemukakan  Reddin  adalah bahwa setiap gayabtersebut dapat efektif atau tidak tergantng  pada situasi ,empat gaya pada kanan atas adalah efektif dan tempat gaya  pada kiri bawah adalah tidak efektif ,secara ringkas ,kedelapan gaya ini  dapat diuraikan sebagai berikut.
Gaya – Gaya Efektif 
1.       Eksekutif ( executive ), gaya ini memberikan perhatian besar baik terhadap tugas maupun    karyawan  ,Manajer yang mengunakkan gaya ini adalah seseorang motivator yang baik  menetapkan standar tinggi ,menyadari perbedaan – perbedaan individu dan  mempergunakan manajemen tim.
2.       Pembangun ( developer ) ,gaya ini memberikan perhatian maksimum terhadap karyawan dan perhatian umum terhadap manajer.
3.       Otokrat  penuh kebajikan( benevolent autocrat ) gaya ini memberikan perhatian  maksimum terhadap tugas dan perhatian minimum terhadap karyawan.
4.       Birokrat ( bureaucrat ) ,gaya ini memberikan perhatian minimun baik terhadap tugas maupun karyawan.
Gaya – Gaya Tidak Efektif
1.       Kompromis  ( compromiser ) gaya ini memberikan perhatian besar baik terhadap tugas  maupun karyawan dalam suatu situasi yang hanya memerlukan penekanan  salah satu diantaranya Manajer dengan gaya ini adalah seorang pengambil  keputusan yang lemah ;tekanan akan sangat mempengaruhinya.
2.       Misionaris  ( misionary ),gaya ini memberikan perhatian maksimum terhadap karyawan  dan perhatian minimum terhadap tugas dimana perilaku seperti itu tidak  cocok ,manajer ini terlalu baik hati atau lemah yang menilai  keharmonisan sebagai hal penting.
3.       Otokrat  ( autocrat ),gaya ini memberikan perhatian maksimum terhadap tugas dan  perhatian minimum terhadap karyawan dimana perilaku seperti itu tudak  tetap.
4.       Pelarian  ( deserter ),gaya ini memberikan perhatian minimum terhadap tugas dan  karyawan dalam situasi dimana perilaku seperti itu tudak sesuai.
Model  Reddin ini telah menjadi teknik yang sangat populer untuk menyusun  program-program latihan dan seminar-seminar pengembangan eksekutif  pendekatan 3-D Reddin memadukan ketiga unsur dapat kepemimpinan (  pemimpin, kelompok ,dan situasi ) dan menekankan bahwa manajer harus  mempunyai gaya adaptif mengarah ke tercapainnya efektifitas.
Empat Sistem Manajemen Likert
        Baik  pendekatan Blake dan Mouton maupun 3 –D Reddin merupakan pendekatan  yang sangat deskriptif dan secara empirik kekurangan penelitian valid  yang mendukungnya.empat sistem atau gaya dasr kepemimpinan organisaional  secara ringkas ,keempat gaya tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1.       Sistem  1 : Otokratik Eksploatif , Manajer mengambil semua keputusan yang  berkitan dengan pekerjaan dan memerinyahkan dan biasanya mengeksploitasi  bawahan untuk melaksanakannya.
2.       Sistem  2 : Otokratik Penuh Kebaikan ,Manajer tetap menentukan perintah –  perintah kerja ,tetapi bawahan diberi keleluasaan ( fleksibilitas )dalam  pelaksanaan ya dengan suatu cara paternalistik.
3.       Sistem  3 :Partisipatif ,Manajer mengunakkan gaya konsultatif manajer ini  meminta masukkan dan menerima partsipatif dari bawahan tetatpi tetap  menahan hak untuk membuat keputusan final.
4.       Sistem  4 : Demokratik , Manajer memberikan berbagai pengarahan kepada bawahan  tetapi kesempatan partisipasi totsl dan keputusan dibuat atas dasar  konsensus dan prinsip mayoritas.
        Untuk menyokong penelitian emperiknya tetntang gaya mana yang paling efektif ,Likert dan  para  koleganya meminta ribuan manajer untku mengambarkan gaya kepemimpinan  mereka menurut variabel – variabel kepercayaan terhadap bawahan ,  perasaan kebebasan bawahan dan keterlibatan yang dikehendaki atasan.
Kebutuhan Fleksibilitas Gaya Kepemimpinan 
        Pembahasan  tentang gaya kepemimpinan diatas seharusnya tidak membuat kita  berpendapat bahwa seseorang individu yang menjadi pemimpin seharusnya  berusaha menjaga gayanya secara konsistan dalam semua kegiatannya.
        Manajer  dapat mulai dengan memperkirakan sistem nilai dirinya dn menentukan  gaya kepemimpinan umum yang dirasa cocok,kemudian dia menentukan dimana  gaya kepemimpinan yang paling sesuai dengan dan dimana hal ini akan  membutuhkan perubahan agar lebih efektif ,setelah dia mencapai hal ini  ,dia membutuhkan praktek untuk melengkapi proses pendekatan fleksibel ini. 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar